Kamis, 21 April 2016

Selamat Hari Kartini di Logo Google

https://www.google.co.id/logos/doodles/2016/ra-kartinis-137th-birthday-5768297812328448-hp.jpg

Hari Kartini dirayakan di Google Doodle hari ini Kamis, 21 April 2016. Demi memperingati hari ulang tahun ke-137 Ibu Kita Kartini, Google mempersembahkan doodle unik bertema klasik, yang menginspirasi kita untuk mencontoh keteladanan Kartini, pelopor pendidikan untuk perempuan dan pejuang hak wanita Indonesia.

Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879 di keluarga priyayi Jawa. Ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, diangkat sebagai bupati Jepara. Meskipun ibu Kartini, M.A. Ngasirah adalah istri pertama Ario Sosroningrat, ia bukanlah istri utama. Pasalnya, ibu Kartini tidak berasal dari kalangan bangsawan tinggi.

Kartini sejak kecil mendapatkan hak istimewa yang tidak terjadi pada kebanyakan anak perempuan kala itu.

http://mitrawacana.or.id/wp-content/uploads/2013/04/RA-Kartini.jpg
Sang kakek, Pangeran Ario Tjondronegoro, dikenal sebagai salah satu bupati pertama yang membuka kesempatan untuk anak-anaknya memperoleh pendidikan Barat. Hal itu menular pada ayah Kartini, yang memperbolehkan sang putri bersekolah di ELS  ((Europese Lagere School) hingga usia 12 tahun.

Kartini yang di sekolah mendapatkan pelajaran bahasa Belanda, memanfaatkan hal ini untuk berkorespondensi dengan teman-temannya di Belanda. Pasokan ilmu Kartini yang terus bertambah berkat membaca surat kabar dan majalah, menjadikan Kartini makin cerdas. Tulisannya beberapa kali dimuat di De Hollande Lelie, majalah wantia Belanda. Kartini tidak hanya menyoroti emansipasi wanita secara khusus, tetapi juga masalah sosial pada umumnya.

Kartini bermimpi untuk membuka sekolah bagi perempuan Jawa. Meskipun mimpi itu tidak terwujud semasa ia hidup –Kartini meninggal di usia 25 tahun— karya-karya Kartini mendapatkan perhatian khusus dari seorang politisi Belanda, J,H. Abendanon. Koleksi surat Kartini yang diterbitkan Abendanon menjadi salah satu wacana baru untuk menilik kembali ketidakadilan sistem
kolonial Belanda kala itu. Perjuangan Kartini terus menjadi inspirasi banyak orang hingga saat ini. Karyanya yang paling terkenal adalah, Habis Gelap Terbitlah Terang yang diterbitkan balai Pustaka pada 1922.


Sumber : Sidomi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar